manut88 – Tiga hari jelang lebaran Idul Fitri, banyak masyarakat mudik ke kampung halaman.
Tirto nekat mudik BKC88 kendarai Bajaj dari Tebet ke Tegal karena alasan ini.
Seorang pemudik asal Tebet, Jakarta, memilih menggunakan bajaj untuk pulang ke kampung halamannya di Tegal.
Tidak sendiri, Tirto mudik bersama istrinya dan seorang sopir dengan kendaraan roda tiga berwarna biru khas bajaj.
Dari Jakarta, ia mudik ke kampung halamannya di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Mereka mudik naik bajaj melintasi Jalur Pantura Cirebon pada H-4 Lebaran.
“Ya, saya dari Tebet, Jakarta, mau mudik ke Tegal. Bertiga sama istri dan sopir,” kata Tirto saat ditemui di Simpang Empat Pemuda, Kota Cirebon, Kamis (27/3/2025).
Tirto mengaku tetap merasa nyaman meski harus menempuh perjalanan panjang dengan bajaj.
“Selama di perjalanan, naik bajaj nyaman-nyaman saja meski sempit. Masih bisa tidur, istirahat,” ucapnya.
Ia juga menyadari bahwa mudik dengan bajaj tentu melelahkan.
Tetapi menurutnya, perjalanan pada H-4 masih lebih baik dibandingkan hari-hari berikutnya.
“Ya capek mah pasti, tapi mending sekarang (H-4 Lebaran),” tutur Tirto.
“Kalau besok mungkin lebih capek lagi karena lebih padat, otomatis kecepatan juga enggak bisa ngebut,” jelas dia.
Tirto dan rombongan telah beristirahat dua kali selama perjalanan, termasuk di Simpang Empat Pemuda, Kota Cirebon.
“Sudah istirahat sekali, dua kali ini (di Simpang Empat Pemuda),” ungkapnya.
“Berangkat jam 4 pagi, target nyampe Tegal sekitar jam 2 siangan lah,” jelas dia.
Mudik dengan bajaj bukan juga hal baru bagi Tirto.
Ia mengaku telah menggunakan moda transportasi ini setiap tahun karena lebih hemat.
“Setiap tahun saya mudik pakai bajaj. Dari dulu pokoknya.”
“Kalau bajaj kan punya sendiri, kalau angkutan umum biayanya lebih mahal,” kata Tirto, mengutip Tribun Jabar.
Selain Tirto, pemudik lainnya, Sowi (43), juga memilih bajaj untuk pulang kampung ke Tegal bersama uwanya.
“Ya, saya sama uwak saya mudik dari Tebet ke Tegal. Perjalanan sudah 7 jam, dari jam 4 pagi,” ucap Sowi.
Menurutnya, kecepatan bajaj yang ia kendarai mencapai 60 kilometer per jam.
Ia juga memastikan kondisi kendaraan tetap prima dengan rutin berhenti untuk beristirahat.
“Sudah dua kali istirahat, kalau istirahat ya baringin badan sama ngecek kendaraan,” jelas dia.
Sowi memiliki alasan sederhana mengapa lebih memilih bajaj dibandingkan kendaraan umum.
“Milih pakai bajaj karena murah,” katanya.
Mudik dengan bajaj menjadi bukti bahwa semangat pulang kampung tidak mengenal batas, bahkan dengan kendaraan yang mungkin jarang digunakan untuk perjalanan jauh.
Tidak ada komentar